Powered By Blogger

Jumat, 31 Desember 2010

Mahasiswa UNY Ciptakan Alat Pendeteksi Banjir

Mahasiswa UNY Ciptakan Alat Pendeteksi Banjir

Senin, 29 November 2010 - 14:01 wib


YOGYAKARTA – Bencana banjir yang kerap melanda di hampir seluruh wilayah Indonesia mengilhami empat mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) untuk menciptakan alat pendeteksi banjir.

Alat yang diberi nama early flood warning system (EFWS) ini cukup menarik karena merupakan peralatan sederhana yang dapat dibuat secara mandiri oleh warga. Bahan-bahan yang dibutuhkan mudah didapatkan seperti pipa paralon, karet, lampu sirene, modul sirene, pengeras suara, lempeng konduktor tembaga, dan gabus. Seluruh bahan itu kemudian dirangkai sedemikian rupa dengan menerapkan sistem rangkaian listrik tertutup.

“Alat ini tidak menerapkan sistem rangkaian instalasi listrik yang rumit. Dengan demikian, masyarakat dapat membuat alat pendeteksi banjir secara mandiri,” kata salah satu pencipta EFWS, Dian Pratama Sari.

Selain Dian, penemu yang lain adalah Muhammad Taufiq, Yuli Estrian, dan Dodi Krisdianto. Muhammad Taufiq menjelaskan, cara merangkai EFWS yaitu dengan memasang tongkat alumunium ringan di atas gabus. Pada ujung tongkat alumunium itu dipasang konduktor yang sudah dihubungkan dengan kabel listrik. “Bila volume air sungai meningkat, air mendorong gabus dan karet ke atas. Ketika ujung tongkat alumunium bergerak menyentuh lempeng konduktor yang sudah dihubungkan dengan sirene, akan muncul isyarat tanda bahaya banjir,” katanya.

Dari uji coba yang dilakukan, ketika dua konduktor saling sentuh dan terjadi aliran listrik, bunyi dan nyala lampu sirene sebagai isyarat tanda bahaya menyala selama dua hingga tiga menit. “Terdengar dalam radius 100 meter dari pusat terjadinya banjir. Alat ini telah diujicobakan di Selokan Mataram, Yogyakarta, dengan hasil memuaskan,” tambah Taufiq.

Lantaran rangkaian yang sederhana dan mudah dibuat secara mandiri oleh warga, EFWS pernah mendapatkan penghargaan medali emas pada Program Kreativitas Mahasiswa 2010. Dengan memanfaatkan hukum fisika Archimedes, alat tersebut dapat memberikan peringatan berupa bunyi sirene dan nyala lampu peringatan hingga jarak 100 meter.

Di Yogyakarta, upaya mencegah terjadinya banjir memang sudah dilakukan. Dari pengerukan material sampai pembuatan tanggul-tanggul di tepi sungai. Dengan alat EFWS ini setidaknya masyarakat tidak harus berdiam diri di dekat sungai untuk memantau perkembangan aliran air sungai ketika hujan turun.(SINDO//mbs)

Software Mobile Learning Buatan Mahasiswa UNY

Software Mobile Learning Buatan Mahasiswa UNY

Jum'at, 10 Desember 2010 - 12:44 wib

Image: corbis.com
JAKARTA - Maraknya penggunaan telepon seluler (ponsel) di kalangan pelajar menggugah banyak pihak menciptakan berbagai aplikasi mobile learning sebagai media pembelajaran yang bisa digunakan kapan pun dan di mana pun dengan biaya yang relatif murah. Aplikasi tersebut diharapkan dapat menekan intensitas penggunaan ponsel sebagai media hiburan semata.

Salah satu yang menaruh perhatian pada tren ini adalah seorang mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Nova Suparmanto. Dia membuat sebuah inovasi perangkat lunak (software) yang memungkinkan seluruh komponen pendidikan membuat mobile learning sendiri tanpa perlu mengetahui bahasa pemrograman Java untuk perangkat bergerak (mobile). Nova bahkan mengemas temuannya dalam bentuk cakram digital (CD) untuk mempermudah pendistribusiannya.

"Saya berharap aplikasi ini bisa diterapkan di seluruh komponen pendidikan di Indonesia, sehingga bisa memajukan pendidikan di Indonesia," ujar Nova seperti dinukil dari situs UNY, Jumat (10/12/2010).

Inovasi mahasiswa Jurusan Pendidikan Informatika itu dipaparkan dalam makalah ilmiah bertajuk Mobile Learning Installer (MLI) sebagai Fasilitas dalam Dunia Pendidikan untuk Membuat Media Pembelajaran Berbasis Mobile Application. Atas penemuan tersebut, Nova pun diganjar anugerah Youth National Science and Technology Award 2010 (YNST 2010).

Dia meraih gelar tersebut bersama empat peneliti muda lainnya. Mereka adalah Mahasiswa Kedokteran Universitas Brawijaya (UB) Malang Zulfikar Syam Bani Ulhaql; Asisten Dosen UB Malang, Boimin; Mahasiswa Kedokteran Universitas Udayana (Unud) Denpasar, I Gede Yuhana Dharma Sasmita; dan Siswa SMA Negeri I Bulukumba A Uswah Hanafi.

YNST adalah festival pemuda berprestasi di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Festival yang diinisiasi oleh Deputi Iptek Kementerian Pemuda dan Olahraga tersebut merupakan program rintisan untuk mencari dan memberdayakan sosok-sosok pemuda inovatif dan kreatif di bidang iptek.

Ajang yang tahun ini memasuki penyelenggaraan kelima kalinya tersebut dihelat di Hotel Pitagini, Jakarta, 28-30 November lalu. Selain Nova, FT UNY juga berhasil meloloskan satu tim lainnya sebagai nominator YNST 2010 yaitu tim mahasiswa Jurusan Pendidikan Elektronika yang digawangi Desi Antoro, Catur Prayogo, dan Rosyida Ramadhani. Karya mereka berjudul Earthquake and Tsunami Warning System di Pesisir Pantai Indonesia dengan Memanfaatkan Gabungan Teknologi Sederhana dan Modern. (rfa)(rhs)
Share

Mahasiswa Ciptakan Salep Getah Pepaya

Mahasiswa Ciptakan Salep Getah Pepaya

Rabu, 8 Desember 2010 - 10:21 wib

Image: corbis.com
YOGYAKARTA – Mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) punya cara solutif bagi mereka yang mengalami permasalahan kulit kaki pecah-pecah.

Lima mahasiswa, yakni Yudha Adhi Nugroho, Hanik Wahyuningsih, Wiwik Nur Indah Sari, Novi Pranitasari, dan Amiruddin Shafa berhasil mengembangkan salep papain (getah pepaya) yang manjur untuk mengatasi masalah kulit kaki itu. Salep getah pepaya dibuat dengan cara mencampurkan getah yang dapat diambil dari buah pepaya dengan vaselin. Perbandingannya, setiap 10 mililiter getah pepaya dicampur dengan 90 gram vaselin. “Dari beberapa kali praktik, getah pepaya yang berkualitas adalah yang didapatkan dari buah,” ujar Yudha Adhi Nugroho.

Menurut dia, enzim yang dapat dipergunakan untuk memecahkan protein yang didapatkan dari buah mencapai 400 MCU per gram. Sementara, kadar enzim protease yang didapatkan dari batang dan daun hanya mencapai 200 MCU per gram. Enzim tersebutlah yang dimanfaatkan menjadi salep untuk mengatasi persoalan kulit kaki pecah-pecah. Meski proses pembuatannya mudah, yang paling memerlukan pencermatan adalah proses penyadapan papain. Dari percobaan yang telah dilakukan, penyadapan paling baik dapat dilakukan antara pukul 05.00-08.00 pagi. Dan untuk mendapatkan getah berkualitas, penyadapan tidak dapat dilakukan setiap hari namun intervalnya empat hari sekali.

Buah yang akan diambil getahnya, dapat ditoreh dengan pisau khusus sedalam dua milimeter untuk mencegah terjadinya pembusukan. Dengan mengikuti prosedur dan cara yang tepat, setiap buah pepaya dapat menghasilkan 40 gram getah selama 70 hari produksi. “Yang perlu diperhatikan adalah buah pepaya ditoreh dengan kedalaman 2 milimeter dengan tujuan agar tidak cepat busuk. Buah pepaya disadap 14 kali dengan pisau khusus. Hasilnya, satu buah pepaya menghasilkan 40 gram getah selama 70 hari atau sebanding dengan 4 gram papain kasar,” tambah Novi Pranitasari. (maha deva/sindo) (rfa)(//rhs

Mahasiswa UNY Raih Dua Emas

Mahasiswa UNY Raih Dua Emas

Jum'at, 31 Desember 2010 - 14:08 wib

Image: corbis.com
YOGYAKARTA – Mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) kembali mengharumkan nama Indonesia dalam percaturan kompetisi olahraga tingkat ASEAN.

Lima duta UNY yang dikirimkan ke ajang ASEAN University Games di Chiangmay Thailand, 12–23 Desember lalu, berhasil membawa empat medali,yakni dua emas, satu perak, dan satu perunggu. Medali emas diraih oleh Zakaria Malik dari cabang dasar lomba atletik dan Lia Karina Mansur dalam cabang tae kwon do putri kelas under 58 kg. Sementara medali perak diraih oleh Asep Santoso dari cabang tae kwon do dan medali perunggu diraih Erna Suryanti dari cabang pencak silat.

“Dari lima wakil UNY, hanya satu yang belum beruntung bisa membawa pulang medali. Tetapi ini sudah termasuk prestasi yang membanggakan bagi kami,” papar Pembantu Rektor III UNY Prof. Herminarto Sofyan kemarin.

Menurut Ketua Badan Pembina Olahraga Mahasiswa Indonesia (BAPOMI) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) ini, kelima mahasiswa tersebut selama ini sudah dalam bimbingan BAPOMI DIY. Mereka mendapatkan pembinaan agar prestasi yang dicapai bisa terus dipertahankan. Terbukti bimbingan tersebut mampu membawa prestasi di tingkat internasional.

Pada kesempatan tersebut, UNY memasukan lima wakil untuk mewakili Indonesia. Mereka adalah Zakaria Malik, Asep Santoso, Lia Karina Mansur, Erna Suryanti, dan Daryanti. Kelimanya selama ini merupakan atlet-atlet mahasiswa papan atas nasional. Prestasi terakhir sebelum dikirimkan ke ASEAN University Games adalah menjuarai Pekan Olah Raga Mahasiswa Nasional 2010 di Palembang. (maha deva/sindo) (rfa)(//rhs)

OPINI Kita Tetap Juara

OPINI

Kita Tetap Juara

Jum'at, 31 Desember 2010 - 10:58 wib

Foto: dok. pribadi
PERRTANDINGAN final piala AFF telah berakhir. Dengan berakhirnya pertandingan tersebut, berakhir sudah kejuaraan sepak bola antarnegara Asean yang diselenggarakan tiap dua tahun itu.

Pada pertandingan final kedua yang berlangsung di Jakarta, Indonesia berhasil menang atas Malaysia dengan skor 2-1.  Tetapi hasil tersebut tidak dapat mengantarkan Timnas Indonesia merebut Juara Piala Aff 2010. Karena pada partai final leg pertama, timnas Indonesia dibekuk Malaysia 3-0 di Stadiun Bukit Jalil.

Kegagalan timnas Indonesia di partai Final piala Aff adalah yang keempat kalinya setelah pada mendapat kesempatan yang sama pada 2002, 2004 dan 2006. Sebenarnya timnas Indonesia bermain bagus dalam pertandingan final leg kedua di Gelora Bung Karno (GBK) Rabu malam. Timnas Indonesia bermain ofensif sejak awal babak pertama dan terus-terusan menggempur pertahanan Malaysia. Banyak peluang didapatkan untuk mencetak gol ke gawang Malaysia tetapi penyelesaian yang kurang sempurna dan cemerlangnya penjaga gawang Malaysia menggagalkan semua peluang timnas Indonesia, termasuk hadiah tendangan penalti.

Memasuki babak kedua Timnas Indonesia masih dengan pola menyerang. Di saat asyik menyerang, pemain belakang timnas melakukan kesalahan fatal dengan memberikan bola kepada pemain lawan, alih-alih mencetak gol, gawang Indonesia Justru kebobolan di menit 60.

Beban semakin berat di pundak para punggawa timnas Indonesia, karena butuh lima gol lagi untuk menjadi juara pada turnamen kali ini. Meski semakin berat, peluang Indonesia meraih gelar pada piala AFF 2010, punggawa Timnas tetap bermain pantang menyerah, mereka dengan semangat juang yang tinggi tetap tegak berdiri dan menggempur pertahanan Malaysia habis-habisan dengan berhasil mencetak dua gol balasan. Skor pertandingan pun berakhir dengan kemenangan timnas Indonesia 2-1.

Pertandingan memang telah selesai dan tropi piala Aff memang belum di tangan kita. Tetapi runner up adalah pencapaian tertinggi Indonesia pada Piala Aff 2010. Sebagai masyarakat, kita wajib memberikan standing applause terhadap perjuangan timnas Indonesia yang berjuang keras selama turnamen berlangsung. Perjuangan yang hebat telah ditunjukkan oleh timnas kita dengan rekor yang cukup bagus. Dari tujuh pertandingan yang dilakoni termasuk final, timnas Indonesia hanya kalah sekali. Sebuah angka statistik yang cukup menjanjikan bagi timnas Indonesia untuk meraih prestasi yang lebih baik di waktu yang akan datang.

Bagi kita, momentum ini adalah sebuah simbol keberhasilan Timnas dan masyarakat Indonesia. Timnas Indonesia telah kembali meraih tempat di hati masyarakat Indonesia. Kita bisa melihat antusiasme masyarakat dengan semangat loyalitas dan nasionalismenya mampu mengobarkan perjuangan para punggawa Timnas untuk tetap berjuang sampai akhir.

Masyarakat tiada hentinya memberikan dukungan lebih kepada Timnas dengan segala variasinya. Nilai-nilai kecintaan pun tumbuh di kalangan masyarakat Indonesia dengan hadirnya Timnas Indonesia yang baru ini, egoisme kedaerahan yang selama ini sering muncul di liga lokal terkikis dengan semangat satu yakni Just For Indonesia.

"Indonesia! Indonesia! Indonesia!" berkumandang di seluruh pelosok kampung negeri ini selama piala AFF 2010 digelar. Tidak hanya itu, semangat dan kesadaran sportivitas pun menjadi salah satu simbol keberhasilan masyarakat Indonesia.

Spektakuler. Bisa dibilang begitu. Mereka yang hadir langsung di stadion utama GBK menunjukkan sikap yang santun dan arif dalam menyaksikan laga final yang notabene penuh tekanan. Mereka tetap menggunakan cara-cara mendukung Timnas dengan santun, tidak melakukan hal-hal kotor seperti yang dilakukan sebelumnya oleh pendukung Timnas Malaysia dengan menggunakan sorotan sinar laser.

Kerusuhan yang diprediksikan oleh banyak pihak jika Timnas Indonesia gagal juara pun tidak terbukti adanya. Meskipun gagal, para suporter berjalan keluar dengan sikap yang lapang dan tidak berbuat anarkis. Tampaknya kedewasaan masyarakat kita sebagai pecinta sepakbola berkembang pesat pada turnamen piala AFF 2010 ini. Luar biasa jika kita boleh mengatakannya.

Semoga semangat masyarakat Indonesia dalam mendukung Timnas dengan loyalitas dan nasionalismenya tetap menjadi karakter bangsa serta tetap menjunjung tinggi sportivitas dan kedewasaan mental.

Selamet RiyadiMahasiswa Fakultas Psikologi
Universitas Muria Kudus
Koordinator Humas Lembaga Mahasiswa Psikologi Indonesia Jateng 2010-2011

Simak UI Kembali Dibuka

Simak UI Kembali Dibuka

Jum'at, 31 Desember 2010 - 11:33 wib

Ilustrasi: ist.
DEPOK – Universitas Indonesia (UI) kembali membuka kesempatan kepada anak bangsa di seluruh Indonesia untuk menempuh studi melalui Seleksi Masuk Universitas Indonesia (Simak UI).

Kepala Humas UI Vishnu Juwono mengatakan, sistem ini terintegrasi dari jenjang pendidikan vokasi (Diploma 3) hingga jenjang pendidikan doktoral. “Simak UI bukanlah jalur mandiri dengan biaya mahal. Biayanya sama dengan mahasiswa yang diterima melalui Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negara (SNMPTN) dan Program Pemerataan Kesempatan Belajar (PPKB),” kata Vishnu kemarin.
Rencananya, Simak UI akan dilaksanakan serentak pada 3 Juli 2011 di beberapa kota besar di Indonesia dan hasilnya akan diumumkan pada 24 Juli 2010. Proses pendaftaran dilakukan secara online melalui penerimaan.ui.ac.id. Lebih lanjut dia mengemukakan, pada penerimaan mahasiswa baru tahun akademik 2010/2011 UI kembali menerapkan skema pembayaran pendidikan melalui program Biaya Operasional Pendidikan Berkeadilan (BOPB).

Melalui skema pembayaran pendidikan ini, calon mahasiswa yang diterima di program sarjana reguler baik itu melalui Simak, PPKB maupun SNMPTN akan membayar biaya pendidikan sesuai dengan kemampuan finansial orang tua maupun penanggung jawab biaya pendidikan. Sebagai bentuk komitmen UI dalam mendukung sistem pendidikan tinggi yang berkualitas, tahun ini kuota untuk Simak UI ditetapkan minimalis dari total mahasiswa baru yang diterima UI tiap tahunnya dan sisanya diterima melalui seleksi nasional sebesar 60 persen.

Sebagaimana diketahui, Mendiknas M Nuh telah meminta kepada PTN untuk memberikan kuota minimal bagi mahasiswa berprestasi yang kurang mampu secara finansial untuk diterima. (andi setiawan/sindo) (rfa)(//rhs)

Sistem UN Dinilai Belum Aspiratif

Sistem UN Dinilai Belum Aspiratif

Jum'at, 31 Desember 2010 - 16:15 wib

Ilustrasi: ist.
BANDUNG – Pemerintah masih dinilai setengah-setengah dalam mempercayakan kelulusan siswa kepada pihak sekolah dan guru. Mekanisme kelulusan dengan proporsi ujian nasional (UN) 60 persen dan ujian akhir sekolah (UAS) 40 persen dinilai masih belum aspiratif.

“Pemerintah belum sepenuhnya percaya pada guru, karena seharusnya yang bisa menentukan kelulusan siswa adalah guru,” kata Ketua Perkumpulan Keluarga Peduli Pendidikan (Kerlip) Yanti Sriyulianti di Bandung kemarin.

Yanti menuturkan, pemerintah seharusnya memfokuskan diri pada pemetaan dan pelayanan pendidikan di daerah, tidak lagi menyentuh soal kelulusan siswa.

Sudah semestinya pemerintah mempercayakan kelulusan siswa pada pihak guru dan sekolah, sebab banyak variabel dan parameter yang bisa membedakan kualitas pendidikan di setiap daerah. Standar pelayanan di sektor pendidikan masih belum seragam dan terdapat disparitas yang jomplang. Karena itu, angka kelulusan tidak bisa ditentukan secara nasional.

“Jika memang mau, meskipun UN ikut menentukan kelulusan, biar sekolah yang menentukan bobot proporsinya,” jelas Yanti.

Dia mencontohkan, Finlandia yang notabene menjadi negara yang memiliki kualitas pendidikan terbaik di dunia, malah tidak memiliki mekanisme UN seperti di Indonesia. (krisiandi sacawisastra/sindo) (rfa)(//rhs)

Kamis, 30 Desember 2010

Pojok Motivasi

  • Zig Ziglar

    "Menang bukanlah segalanya. Yang terpenting adalah usaha untuk menang." Zig Ziglar, motivator Amerika Serikat"

  • Alexandre Dumas Pere

    "Kearifan manusia adalah hasil penjumlahan dua kata: menunggu dan berharap." Alexandre Dumas Pere (1802–1870), penulis Prancis"

  • John Gay

    "Tak ada ketergantungan yang bisa dipastikan, kecuali ketergantungan pada diri sendiri." John Gay (1685–1732), pujangga dan dramawan Inggris"

  • Ronaldo

    "Saya tidak pernah berharap diri saya menjadi pemain terbaik dunia. Saya tidak terobsesi dengan penghargaan individu. Saya lebih tertarik menjadi bagian dari sebuah tim yang memenangkan trofi.” Ronaldo, pemain sepak bola asal Brasil"

  • Nido Qubein

    "Pemenang membandingkan prestasinya dengan tujuan mereka, sedangkan pecundang membandingkan prestasinya dengan capaian orang lain." Nido Qubein, motivator Amerika Serikat"

  • Henri Bergson

    "Untuk eksis harus berubah, untuk berubah harus matang, matang berarti penciptaan diri tanpa henti." Henri Bergson (1859–1941), filsuf Prancis, peraih Nobel Sastra 1927"

  • Franz Kafka

    "Mulailah dengan apa yang benar, bukan dengan apa yang bisa diterima." Franz Kafka (1883–1924), penulis Jerman" 

  • Robert A Schumann

    "Si talenta bekerja, sang jenius yang menciptakan." Robert A Schumann (1810–1856), komposer Jerman"

  • Robert T Kiyosaki

    "Sebesar apa sukses Anda diukur dari seberapa kuat keinginan Anda, seberapa besar mimpi-mimpi Anda, bagaimana pula Anda mampu mengatasi kekecewaan dalam hidup Anda." Robert T Kiyosaki, motivator dan penulis asal Amerika Serikat"

  • Benjamin Franklin

    "Berbuatlah kebaikan terhadap temanmu untuk menjaga mereka dan terhadap lawanmu untuk mengalahkan mereka.” Benjamin Franklin, filsuf dan negarawan Amerika Serikat"

  • Anton Chekhov

    "Pengetahuan tak punya makna jika Anda tidak mempraktikkannya." Anton Chekhov (1860–1904), dramawan Rusia"

  • Henry Louis Mencken

    "Karakter adalah sesuatu yang lebih berarti bagi peradaban manusia daripada kebijaksanaan." Henry Louis Mencken (1880–1956), jurnalis dan kritikus Amerika Serikat"

  • Bertolt Brecht

    "Kecerdasan bukan untuk membuat semua hal tanpa kesalahan, namun untuk mempercepat amatan bagaimana membuatnya menjadi bagus." Bertolt Brecht (1898–1956), pujangga dan dramawan asal Jerman"

  • Thomas Jefferson

    "Kejujuran adalah bab pertama dalam buku kebijaksanaan." Thomas Jefferson (1762–1826), presiden ketiga Amerika Serikat (1801–1809)"

  • Jalaluddin Rumi

    "Jangan melihat ke luar. Lihatlah ke dalam diri sendiri dan carilah itu." Jalaluddin Rumi (1207–1273), Penyair Sufi dari Persia"

  • Larry Elder

    ""Tujuan tanpa perencanaan hanyalah sebuah harapan." Larry Elder, pembicara radio dan televisi asal Amerika Serikat"

  • Alexis de Tocqueville

    "Ada dua hal yang sangat sulit ditemukan oleh orang-orang penganut paham demokrasi: memulai perang dan mengakhirinya." Alexis de Tocqueville (1805–1859), sejarawan Prancis"

  • Jawaharlal Nehru

    "Budaya akan memperluas pikiran dan semangat kita." Jawaharlal Nehru (1889–1964), perdana menteri India"

  • Pythagoras

    "Jangan katakan hal-hal kecil dengan banyak kata-kata, tapi katakanlah sesuatu yang besar dengan sedikit kata." Pythagoras (580–500 SM), filsuf dan ahli matematika Yunani"

  • Percy Bysshe Shelley

    "Janganlah takut menghadapi masa depan, jangan pula menangis untuk masa lalumu." Percy Bysshe Shelley (1792–1822), pujangga asal Inggris" 

  • Harrison Ford

    "Kita semua memiliki perubahan besar dalam hidup yang kurang lebih seperti kesempatan kedua." Harrison Ford, aktor Hollywood, Amerika Serikat"

  • Thomas Carlyle

    "Daya tahan adalah kumpulan kesabaran." Thomas Carlyle (1795–1881), sejarawan Skotlandia"

  • Oscar Wilde

    "Pengalaman adalah nama yang kita berikan untuk kesalahankesalahan di masa lalu." Oscar Wilde, novelis Irlandia (1854–1900)"

  • Jesse Jackson

    "Jika saya bisa memikirkan dan hati saya bisa meyakini, saya tahu saya mampu menggapainya.” Jesse Jackson, politikus Amerika Serikat"

  • Kofi Annan

    "Hidup itu pilihan. Tapi untuk memilih yang baik, Anda harus tahu siapa diri Anda dan apa yang Anda perjuangkan, ke mana tujuan Anda, dan mengapa Anda ke sana." Kofi Annan, diplomat Ghana, peraih Nobel Perdamaian 2001"

  • Aung San Suu Kyi

    "Kalau Anda memutuskan melakukan sesuatu, jangan sebut itu sebagai pengorbanan karena tidak ada orang yang memaksa Anda melakukannya." Aung San Suu Kyi, ikon demokrasi Myanmar"

  • Confucius

    "Manusia unggul selalu rendah hati saat berbicara, tetapi selalu luar biasa dalam tindakan." Confucius (551–479 SM), filsuf terkemuka China" 

  • Harold Stephens

    "Ada perbedaan nyata antara kecemasan dengan kegelisahan. Orang cemas karena menghadapi masalah, sedangkan orang yang gelisah karena ia ingin memecahkan masalah.” Harold Stephens, penulis dan petualang asal Amerika Serikat"

  • Stephen Hawking

    "Andaikan harapan seseorang diturunkan hingga titik nol, orang akan benar-benar menghargai semua yang dia miliki saat ini." Stephen Hawking, fisikawan asal Inggris"

  • Aung San Suu Kyi

    "Perdamaian adalah tujuan ideal yang tak bisa diganggu gugat oleh pemerintahan atau bangsa mana pun, termasuk mereka yang gemar berperang sekalipun.” Aung San Suu Kyi, ikon demokrasi Myanmar"

  • Andre Gide

    "Manusia tak bisa menemukan samudera baru sepanjang dia tidak punya keberanian untuk memalingkan pandangan matanya dari pantai." Andre Gide (1869–1951), penulis Prancis, peraih Nobel Sastra 1947"

  • Otto von Bismarck

    "Orang-orang hebat bisa dikenali melalui tiga hal: murah hati dalam perencanaan, humanis dalam pelaksanaan, dan tidak berlebihan dalam keberhasilan." Otto von Bismarck (1815–1898), kanselir Jerman"

  • GK Chesterton

    "Ini bukan karena mereka tidak bisa menemukan solusi, tapi karena mereka tidak mampu memahami masalah.” GK Chesterton (1874–1936), kritikus Inggris"

  • CS Lewis

    "Anda tak boleh merasa terlalu tua untuk menetapkan tujuan lain atau merajut mimpi-mimpi baru.” CS Lewis (1898–1963), novelis dan ilmuwan Inggris" 

     

CEO Sarjana Bukan Jaminan

SINDO
Senin, 27 Desember 2010 - 13:57 wib
TIDAK selamanya CEO yang menyandang gelar sarjana akan mampu meningkatkan kinerja perusahaan dalam jangka panjang. Hanya sedikit ditemukan bukti bahwa pendidikan CEO terkait dengan kinerja perusahaan.

Seorang CEO yang menyandang gelar sarjana dengan level pendidikan lebih tinggi, ternyata tidak menjamin akan mampu meningkatkan kinerja perusahaan menjadi lebih baik. Sebuah penelitian mengungkapkan fakta, meski para CEO bergelar sarjana, tetapi kinerja mereka tidak lebih baik dibanding mereka yang tidak menyandang gelar sarjana, bahkan mereka yang putus sekolah sekalipun. Setidaknya, itulah hasil penelitian terbaru yang dilakukan Universitas New Hampshire, Amerika Serikat (AS). Pada hasil studi “CEO Education, CEO Turnover, and Firm Performance” yang dipublikasi September 2010 ini, terungkap fakta bahwa CEO yang memiliki gelar sarjana tidak selamanya berpengaruh pada kinerja perusahaan secara jangka panjang.

Fakta ini terungkap ketika kinerja perusahaan sedang menurun, seorang CEO––mereka yang lulusan perguruan tinggi prestisius sekalipun–– yang dituntut harus mampu memperbaiki kinerja perusahaan, ternyata tidak bisa melakukan yang lebih baik dibanding karyawan lain. “Temuan kami mengungkapkan bahwa jajaran direksi maupun para peneliti harus berhati-hati dalam menentukan kualifikasi yang berlebihan terkait pendidikan untuk menilai kemampuan mereka dalam memimpin perusahaan dan mengoptimalkan kinerja saham,” ujar Brian Bolton, pemimpin peneliti dan asisten profesor bidang keuangan pada Whittemore School of Business and Economics Universitas New Hampshire.

Analisis penelitian yang dilakukan didasarkan pada hubungan antara pendidikan CEO, pergantian CEO, dan kinerja perusahaan. Para peneliti menggunakan beberapa ukuran untuk menilai pendidikan CEO, diantaranya apakah sang CEO merupakan lulusan dari 20 perguruan tinggi (PT) ternama atau tidak? Apakah CEO memiliki gelar MBA, Hukum atau gelas master lain dari 20 perguruan tinggi ternama? Penelitian ini menganalisa data hampir 1.500 perusahaan pengalaman dan 2.600 kasus pergantian CEO dari tahun 1992 hingga 2007.

Dari penelitian ini memang ditemukan fakta bawa perusahaan yang merekrut seorang CEO dengan gelar MBA, dia mampu memperbaiki operasi kinerja perusahaan secara jangka pendek. Tetapi, para peneliti tidak menemukan korelasi sistematis yang signifikan antara level pendidikan para pemangku jabatan top manajemen dengan kinerja perusahaan jangka panjang. “Hasil penelitian kami menunjukkan, pendidikan CEO tidak banyak berperan dalam keputusan perusahaan untuk menggantikan kinerja CEO sebelumnya. CEO dengan kinerja kurang menggembirakan diganti bukan karena level pendidikan mereka,” tambahnya.

Ternyata, pendidikan CEO sangat berperan dalam proses pergantian CEO. Ada korelasi yang sangat signifikan antara pendidikan CEO baru yang terpilih dengan CEO lama yang digantikannya. Kenyataannya, pendidikan CEO tidak tampak sebagai representasi yang layak untuk mengukur kemampuan CEO. Dari hasil analisa data yang ada, tercatat 25 persem CEO memiliki pendidikan strata satu dari PT ternama di jajaran 20 teratas, sementara 85 persen lainnya merupakan alumni dari PT di luar negeri yang tidak masuk 20 jajaran teratas. Kemudian 15 persen diantaranya yang memiliki gelar MBA yang merupakan lulusan S1 dari 20 PT ternama. Dari para CEO yang memiliki gelas MBA, 63 persen diantaranya merupakan lulusan dari program MBA di 20 PT ternama.

Sekira 15 persen CEO yang menjadi sampel memiliki gelar S1 di bidang hukum, 44 persen diantaranya merupakan lulusan dari 20 PT ternama. Kurang dari 1 persen CEO yang memiliki dua gelar yakni MBA dan hukum. Sekira 14 persen CEO memiliki gelar master non MBA dan hukum. Dengan melihat karakteristik perusahaan dan CEO lintas sampel, hampir tidak ada perbedaan substansial. Rata-rata CEO berusia 56 tahun ke bawah bergelar MBA. Sementara CEO berusia di atas 56 tahun rata-rata bergelar master hukum. Masa kerja CEO yang bergelar MBA rata-rata 8,4 tahun. Sedangkan mereka yang bergelar master hukum rata-rata lebih lama. Nah, tingkat kinerja saham hampir serupa di seluruh sampel. Menurut Bolton, tidak satupun ukuran pendidikan CEO yang secara sistematis terkait dengan kinerja bagus perusahaan.

Justru hanya sedikit ditemukan bukti pendidikan CEO terkait dengan kinerja perusahaan. Sementara perusahaan mungkin akan menikmati perbaikan kinerja jangka pendek dengan merekrut CEO bergelar MBA, atau sebaliknya perusahaan mungkin akan mengalami penurunan jangka pendek setelah merekrut CEO dengan gelar master non MBA. Namun keterkaitan ini tidak bisa digeneralisasi kepada semua perusahaan atau kepada semua level pendidikan CEO. Bagaimanapun juga, jajaran komisaris perusahaan mencoba memberikan persyaratan tertentu bagi pendidikan CEO guna mendapatkan eksekutif potensial. Temuan studi ini mengungkapkan fakta, ketika pendidikan memainkan peranan penting dalam proses perekrutan CEO, hal itu tidak akan berdampak pada kinerja perusahaan secara jangka panjang.

“Pendidikan memang tidak banyak berpengaruh pada kinerja perusahaan. Lantas mengapa para komisaris perusahaan demikian mempertimbangkannya dalam proses evaluasi?” ujar Bolton. Menurut Bolton, mungkin hal itu disebabkan karena ketika merekrut CEO, perusahaan memiliki sedikit identifikasi dan kriteria ukuran yang digunakan. Tentu saja, karena ini terkait dengan siapa yang bakal menakhodai perusahaan. Karena itu proses perekrutan pun mempertimbangkan beragam syarat yang cukup ketat, terutama dalam hal kemampuan manajerial. Kemampuan interpersonal, kepemimpinan dan visi strategis adalah beberapa syarat mutlak yang harus dimiliki CEO. Tetapi, untuk yang satu ini cukup sulit untuk mendapatkan ukurannya. Jajaran komisaris perusahaan akhirnya melakukan penilaian pada pengalaman kerja, rekam jejak (track record), dan pendidikan seorang CEO.

Kendati begitu, Bolton memberikan catatan pada studi ini. Pertama, penelitian ini hanya mempertimbangkan pendidikan CEO. Tidak mempertimbangkan keseluruhan tim manajemen, termasuk manager dan jajaran direksi lain. Adalah sangat mungkin bahwa sebuah perusahaan dengan tim manajemen yang memiliki kualitas pendidikan yang tinggi akan mampu memiliki kinerja lebih baik dibanding yang tidak. Kedua, penelitian ini tidak membedakan antara jenis gelar sarjana baik untuk S1 atau S2.

Tahun depan ITS Miliki Prodi Geofisika

Rifa Nadia Nurfuadah - Okezone
Kamis, 30 Desember 2010 - 08:14 wib

Foto: dok. ITS
JAKARTA- Setelah empat tahun menjadi bagian dari jurusan Fisika di Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya, program studi Geofisika akan menjadi jurusan tersendiri mulai tahun depan. Ia pun akan berubah nama menjadi Teknik Geofisika.

Keputusan tersebut diambil ITS sebagai langkah antisipasi akan kebutuhan ilmu kebumian Indoesia. Teknik Geofisika nantinya akan bernaung di bawah Fakultas Teknologi Sipil dan Perencanaan (FTSP) ITS. Usai peluncuran jurusan Teknik Geofisika, ITS bahkan berencana mendirikan Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian. Nantinya, Teknik Geofisika akan masuk di dalamnya.    

Salah seorang dosen Geofisika ITS, A Syaeful Bahri menjelaskan, sejak didirikan pada 2006 silam, Geofisika memang disiapkan menjadi jurusan yang lebih kompleks dan berdiri sendiri. “Insya allah, tahun ajaran depan Teknik Geofisika sudah bisa dipilih melalui SNMPTN,” ungkap Syaeful seperti disitat dari situs ITS, Kamis (30/12/2010).

Pria berkacamata itu mengungkapkan, Indonesia membutuhkan banyak sarjana yang kompeten dalam bidang kebumian. Kompetensi tersebut bukan hanya untuk mengolah berbagai potensi kekayaan sumber daya alam (SDA) tetapi juga potensi bencana alam seperti banjir dan tanah longsor.

Dia menilai, kesiapan Geofisika sudah siap untuk menjadi jurusan sendiri jika dilihat dari segi mahasiswa, dosen, dan keterlibatan Geofisika dalam berbagai organisasi keprofesian. Hingga saat ini, telah ada empat mahasiswa lulus dari program studi Geofisika. Prodi ini juga memiliki dua doktor dan satu profesor dalam jajaran tenaga pengajarnya. 

Geofisika pun tercatat sebagai anggota IKA Geologi, Society of Exploration Geophysicists (SEG), Indonesian Petroleum Association (IPA), dan American Association of Petroleum Geologists (AAPG). (rfa)(rhs)

Bobot UN Tetap Lebih Besar

Bobot UN Tetap Lebih Besar

Kamis, 30 Desember 2010 - 10:42 wib

Ilustrasi: ist.
JAKARTA– Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) menetapkan Ujian Nasional (UN) tetap mendapatkan persentase bobot lebih besar daripada nilai akhir ujian sekolah.

Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Mohammad Nuh mengatakan, UN harus lebih besar nilainya daripada ujian sekolah karena kebanyakan sekolah entah itu sekolah dengan akreditasi A, B, dan C cenderung memberikan nilai yang sama kepada setiap muridnya yakni antara 7 dan 8.

Kemendiknas tidak mau memberikan porsi besar kepada ujian sekolah, lanjutnya, karena tidak mungkin UN dijadikan pemetaan pendidikan.

“Karena faktanya seperti ini. Jika ujian sekolah kami utamakan sebagai syarat penentu kelulusan, maka tidak akan ada pembeda antarsekolah. Sehingga kami putuskan bobot yang lebih besar ke UN yakni 60 persen UN dan 40 persen ujian sekolah,” jelasnya di gedung Kemendiknas.

Mendiknas menyebut formula UN yang baru ini sudah komprehensif. Pasalnya, UN tidak berdiri sendiri sebagai penentu kelulusan melainkan diintegrasikan dengan prestasi siswa selama sekolah yang ditandai dengan nilai raport serta ujian sekolah yang penilaiannya diserahkan penuh kepada guru dan kepala sekolah. “Kami evaluasi secara komprehensif mulai dari aspek psikomotorik, afektif, dan kognitif,” jelasnya.

Mantan menteri komunikasi dan informatika ini menyebut, pemerintah telah mengubah formulasi UN demi kepentingan semua pihak dan ini disambut baik oleh Komisi X DPR. Katanya, DPR yang sebelumnya selalu menentang keberadaan UN sudah mulai mendukung UN karena evaluasi yang dilakukan Kemendiknas sudah komprehensif. Selain itu, tambahnya, UN akan mulai diintegarasikan dengan penerimaan calon mahasiswa di perguruan tinggi negeri.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kemendiknas Mansyur Ramli juga menyatakan pembobotan nilai UN dan ujian akhir sekolah akhirnya disepakati Balitbang dan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Kedua pihak sepakat bobot UN sebesar 60 persen sedangkan ujian sekolah hanya 40 persen. “Bobot sudah final. Kami sudah membuat draf dalam bentuk permendiknas dan akan segera ditandatangani oleh Mendiknas,” lugasnya.

Menurut Mansyur, ada beberapa alasan Kemendiknas dan BSNP menetapkan pembobotan 60:40 tersebut. Pertama, pemerintah menyadari UN lebih mempunyai standar yang diakui oleh seluruh sekolah di pelosok Indonesia. Sementara ujian sekolah lebih beragam dan penilaiannya dilakukan internal dan bersifat independen oleh sekolah. Apalagi survei yang dilakukan Balitbang menunjukkan, sekolah berakreditasi C mayoritas mendongkrak nilai siswanya hingga menyamai sekolah berakreditasi bagus.

Dipilihnya UN sebagai penentu tertinggi kelulusan, ungkapnya, karena dikhawatirkan adanya manipulasi dalam penggabungan nilai rapor dengan ujian sekolah. Mansyur menjelaskan, nilai rapor kebanyakan sudah di atas Ketuntasan Kompetensi Minimal. “Sekolah cenderung memberikan nilai rapor yang tinggi sehingga kami netralkan dengan bobot yang tinggi di UN,” imbuhnya.

Mengenai kecurangan, ucap Mansyur, akan dilakukan pembinaan kepada sekolah yang bersngkutan. “Sekolah kami harap berlaku jujur karena kami juga berikan bobot kepada nilai rapor,” urainya. Mansyur berharap, dengan penggabungan nilai ini maka kelulusan minimal sama seperti 2010. Bahkan, kemungkinan akan meningkat namun dengan kualitas UN yang tetap sama.

Anggota Komisi X DPR Zulfadhli berkomentar, pemerintah tetap harus merevisi PP No 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. “Kalau mengacu pada PP itu, maka formula ini tidak sesuai karena menggabungkan nilai sekolah,” ujarnya. Dirinya juga mempertanyakan masih banyaknya pungutan walaupun UN dinyatakan gratis oleh Kemendiknas.

Politikus dari Partai Golongan Karya (Golkar) ini menambahkan, saat ia berkunjung ke sejumlah daerah di perbatasan, dirinya menemukan fakta sekolah mewajibkan pelajaran tambahan yang membebankan orang tua murid untuk membayarnya. “Persiapan UN jangan dibebankan ke siswa. Lalu pemerintah harus menyiapkan sistem agar ada pengawasan yang ketat di daerah,” imbuhnya.

Sementara Anggota Komisi X DPR Hermanto lebih mengomentari distribusi guru yang belum merata. Katanya, diadakannya UN adalah untuk melihat proses dan evaluasi siswa selama belajar di sekolah. Akan tetapi, bebernya, di beberapa daerah ada satu guru yang mengajar beberapa mata pelajaran. Di beberapa tempat juga ada guru yang kompetensinya masih kurang.

Kondisi ini, kata Politikus yang bernaung di Partai Keadilan Sejahtera(PKS) tersebut sangat berdampak pada kualitas intelektualitas murid. Oleh karena itu, tandasnya, Kemendiknas harus melakukan distribusi guru yang merata pada mata pelajaran yang masuk dalam UN agar penilaian akhir yang didapat berlangsung dengan adil. (rfa)(Neneng Zubaidah/Koran SI/rhs)

Dunia Pendidikan: Pendidikan Dan E-Learning Di Sekolah Pemerataan P...

Dunia Pendidikan: Pendidikan Dan E-Learning Di Sekolah
Pemerataan P...
: "Pendidikan Dan E-Learning Di Sekolah Pemerataan Pendidikan? (Phillip Rekdale) Kapan kita akan mempunyai cukup komputer dengan Internet un..."
Pendidikan Dan E-Learning Di Sekolah
Pemerataan Pendidikan?
(Phillip Rekdale)
Kapan kita akan mempunyai cukup komputer dengan Internet untuk memikirkan E-Learning di Tingkat Sekolah? Kalau kita ingin meratakan pendidikan oleh E-Learning, berarti semua sekolah akan mempunyai cukup komputer untuk mengajarakan "Pembelajaran TIK yang betul penting" dan banyak sekali komputer lagi untuk mengakses bahan online? Misalnya 1 komputer untuk 2 siswa (1:2).

Kenyataan: "Sekarang satu komputer untuk 2.000 siswa" (1:2.000). Harapan (dan target) Kemendiknas adalah Satu komputer untuk 20 siswa (1:20) pada tahun 2015 [kalau dapat dicapaikan] (pas cukup untuk belajar Mata Pelajaran TIK, tetapi tidak cukup sama sekali untuk mulai menggunakan Pembelajaran Berbasis-ICT secara nasional kan?). Jadi, kalau kita berani mimpi, satu komputer untuk dua (2) siswa mungkin terjadi kepada tahun berapa? - Jangan lupa bahwa setiap 5 tahun komputernya akan "obsolete" (ketinggalan zaman) dan perlu diupdate atau diganti, kan? Kapan Cukup Ya....?
E-Learning Untuk Meningkatkan
Kualitas Pendidikan
Katanya tujuan pendidikan kita adalah untuk meningkatkan kreativitas dan inovasi. Bagaimana ini dapat dicapaikan oleh E-Learning, maupun Teknologi Informasi Komunikasi (TIK)? Bukan Pembelajaran Berbasis-ICT Mengancam Mutu Pendidikan? Stratetgi E-Learning adalah cocok untuk pembelajaran secara "hafalan" dan di mana kita ingin membentuk "perilaku yang seragam" (Berbasis-Behaviorisme) maupun E-Learning adalah pembelajaran yang sangat pasif kan? Tidak efektif di dalam kelas..
Teknologi Pembelajaran Yang Tepat Guna
Sudah Ada Di Semua Sekolah
Kalau menggunkan "Ilmu Teknologi Tepat Guna" (Ilmu Teknologi Pendidikan) komputer jarang dipakai di kelas, dan tidak perlu, sebetulnya (Jarang Tepat Guna).

"Teknologi Tepat Guna (TTG) sudah ada di semua sekolah di Indonesia "Sekarang", dan guru-guru hanya perlu belajar caranya menggunakan TTG secara efektif, dan bersama PAKEM kita dapat mencapaikan Pendidikan Standar Dunia. Maupun Menggunakan Strategi/Metodologi TTG (Yang Berbasis-Pedagogi) Adalah Cara Terbaik Untuk Mengintegrasikan Semua Macam Teknologi Dalam Pendidikan.

Pembelajaran Berbasis-ICT Di Kelas Dapat Sangat Mengancam Perkembangan SDM (Maupun Perkembangan Guru) Yang Kreatif Di Indonesia. Informasi lanjut...
E-Learning Adalah Lebih Efektif Di Dunia Bisnis Dan Industri
(Pelatihan Staf dan Karyawan)
Industri Kreatif TI akan Naik 20 Persen
Industri Kreatif TI"SURABAYA--MI: Pertumbuhan industri kreatif berbasis teknologi informasi (TI) secara nasional tahun ini optimistis naik 20 persen, yang disumbang oleh dominasi pengusaha yang bergerak dalam bidang perangkat lunak (software)."

"Keyakinan ini, karena omzet dari industri kreatif tahun lalu sebesar Rp100 triliun lebih besar dari industri otomotif. Dari angka tersebut, 50 persen lebih berasal dari total omzet pelaku usaha piranti lunak, kata Direktur Industri Telematika Ditjen Industri Alat Transportasi dan Telematika Departemen Perindustrian, Ramon Bangun, di Surabaya, Rabu." Cerita lengkap... Silahkan Mendaftar Industri TI Anda Di Sini
Sekarang kebanyakan pihak di lapangan sudah mengerti kesulitan untuk membuat bahan e-Learning yang bermutu, dan retorikanya sudah mulai menurun. Tetapi ada beberapa perusahaan di Indonesia yang membuat produk yang sangat bermutu dan kami ingin 'showcase' perusahaan-perusahaan tersebut dan produk-produk mereka. Misalnya ...
Truly 
Amazing Software
Ratio 
& Proportion AmazingEdu Software Pte Ltd is a fully Indonesian Owned International Marketing Company and has been a Pioneer in developing Computer Educational Software since 1986. They have produced a series of Educational Software for Primary and Secondary schools: Amazing Mathematics and Amazing Physics launched in April 2001.

A long research and development program together with a very experienced and professional development team has resulted in very high quality products. AmazingEdu product superiority can be seen by comparing it with similar products from United Kingdom, Malaysia, Singapore, South Korea, USA, Poland etc.

Silahkan Mendaftar Bisnis Software E-Learning Anda Di Sini
Guru Kesulitan Manfaatkan Software Pendidikan
"JAKARTA, KOMPAS.com — Pembelajaran dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi informasi dan komunikasi terus dikembangkan di sekolah-sekolah. Namun, minimnya pelatihan yang berkelanjutan kepada guru-guru mengakibatkan pemanfaatan sarana software pendidikan yang disediakan pemerintah tidak maksimal."

"Salah satu kesulitan yang dirasakan guru yakni pemanfaatan software pendidikan jenis virtual laboratorium untuk siswa SMP yang merupakan produk luar negeri. Sejak dibagikan ke ratusan SMP pada tahun lalu, pemanfaatan CD pembelajaran virtual lab di sekolah belum maksimal."

Tender diprotes

"Meskipun aplikasi di lapangan untuk software virtual laboratorium masih belum maksimal, pemerintah kembali memprogramkan penggadaan CD software pembelajaran Biologi, Fisika, Kimia, dan Matematika, tingkat SMP pada tahun ini. Pengadaan paket CD software pembelajaran tersebut menyerap anggaran negara sekitar Rp 15 miliar."

"Namun, proses tender CD software pembelajaran tingkat SMP itu diprotes sejumlah perusahaan software dalam negeri yang mendaftarkan diri. Pasalnya, spesifikasi yang ditetapkan panitia dinilai mengacu kepada produk software asing yang sudah didistribusikan di Indonesia."

"Sejumlah peserta tender yang melayangkan surat protes kepada Menteri Pendidikan Nasional yang ditembuskan juga antara lain ke Presiden RI mempertanyakan komitmen pemerintah dalam pengadaan jasa/barang yang seharusnya memprioritaskan produk dalam negeri, sesuai Instruksi Presiden RI Nomor 2 Tahun 2009 tentang Penggunaan Produk Dalam Negeri Dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Mereka menilai persyaratan yang ditetapkan menutup peluang perusahaan software edukasi di Indonesia, tetapi secara jelas mengacu ke produk asing."

Ayo, Indonesia Bisa! Mengapa harus beli software dari luar negeri?
Ref: "Dibalik Pesona Linux" 23 Mei 2009 : Internet cepat

"Linux konon menawarkan sensasi berinternet dengan kecepatan lebih baik jika dibandingkan dengan sistem operasi lain. Hal tersebut sangat terasa ketika kita mengunduh data. Linux juga relatif aman dari serangan virus dari dunia maya karena menggunakan sistem file dan kernel yang berbeda dengan sistem operasi lain."

"Dengan Linux, kita juga tidak perlu membeli perangkat lunak tambahan karena semua sudah tersedia dalam satu paket. Misalnya, untuk mengetik kita tidak perlu membeli aplikasi perkantoran karena telah ada Open Office. Demikian pula perangkat lunak untuk chatting, browsing, dan sebagainya bisa langsung kita gunakan dalam sistem operasi tersebut. Semuanya bisa kita peroleh secara cuma-cuma. Alhasil, kita tidak perlu lagi menggunakan perangkat lunak bajakan."

"Linux juga tidak bergantung kepada vendor (vendor independence) karena dikendalikan oleh pengembang dan komunitas pengguna. Karena tidak bergantung pada vendor, Linux juga memiliki kelemahan. Beberapa pabrikan perangkat keras masih ada yang anti-Linux. Tidak mengherankan jika beberapa perangkat keras masih enggan bekerja maksimal di Linux."

"Di Indonesia, ketertarikan masyarakat terhadap Linux terbukti menguat. Hal itu bisa dilihat dengan maraknya komunitas pengguna Linux Indonesia seperti yang bisa kita lihat di Linux.or.id, Opensuse.or.id, Mandriva-user.or.id, Ubuntu-id.org, dan UbuntuLinux.or.id. (OL-5)"
 Dunia Pendidikan
"1 Komputer Untuk Satu Siswa, Atau Berapa Rasio Yang Terbaik?"
(Apakah Ini Hanya Pertanyaan Akademik?)


Kapan Kita Akan Mempunyai "1 Komputer Untuk Satu Siswa"?

  kalau kata dosen saya, bisa jadi satu komputer dipakai oleh 2orang atau lebih jadi lebih efeltif karena disitu ada unsur cooperative

Kemarin saya membaca kwotasi ini dari salah satu presiden AS dulu yang menjawab kepada seorang yang tanya "Kalau seorang laki-laki badannya seharusnya setinggi apa?

Jawabannya: "Cukup tinggi supaya bumi adalah terjangkau oleh kakinya"

Kita mungkin dapat membuat banyak interpretasi sendiri masing-masing. Menurut saya, yang maksudnya adalah kaki kita harus tetap ada di bumi. Maksudnya kita tetap ada di dunia nyata... "Keep your feet on the ground".

Asumpsi seperti "satu komputer dipakai oleh 2orang" seharusnya berbasis keadaan, kenyataan dan kemungkinan.

Karena waktu menuju "obsolescence" (waktu di mana sesuatu sudah terlalu ketinggalan zaman) yang sangat membatasi periode implementasi, maupun manfaatnya pertanyaan seperti ini adalah sangat penting:

"Kapan kita dapat mencapaikan tujuan 'satu komputer untuk satu siswa /2 siiswa /5 siswa, dll. - (time-line)?.

Tanpa data begini membahas topik "berapa komputer" hanya ada pembahasan akademik yang tidak dapat berkontribusi kepada ilmu yang berbasis kenyataan di negara kita (tidak berbasis-rialisme). Jadi untuk apa? Misalnya saya mempunyai delapan (8) komputer untuk satu orang, dan kadang-kadang merasa kurang :-)

Kenyataan: "Sekarang satu komputer untuk 2.000 siswa" Harapan (dan target) Kemendiknas adalah Satu komputer untuk 20 siswa pada tahun 2015 [kalau dicapaikan] (pas cukup untuk belajar mata pelajaran TIK, tetapi tidak cukup sama sekali untuk mulai menggunakan pembelajaran berbasis-tik kan?). Jadi, kalau kita berani mimpi, satu komputer untuk dua (2) siswa mungkin terjadi kepada tahun berapa?

Naa... kalau kita ingat bahwa semua komputer yang ada sekarang akan obsolete dan perlu diganti, maupun banyak yang kita beli sekarang sampai dua tahun ke depan akan hampir obsolete kepada tahun 2015 sebaiknya anda mulai dengan kalkulator (dan rumus) dulu untuk mengkalkulasikan tahun berapa kita dapat berharap ada satu komputer untuk 2 siswa? Masih dalam milenium ini? - Ini sangat menarik :-)

Emmm... 300.000 sekolah, berapa siswa-siswi?

*** Yang perlu diingat adalah setiap 5 tahun semua komputer yang ada perlu diupdate atau diganti :-)

Apakah, setiap 5 tahun kita harus mulai dari "0" lagi?


Di korporate sektor bi beberapa negara periode obsolescence di kantor adalah 2-3 tahun, bukan 5.

Naa... ini belum termasuk biaya untuk perawatan dan suku cadang selama 5 tahun itu.

Ada kemungkinan juga bahwa pada 10 tahun depan semua teknologi seperti kita tahu sekarang sudah masuk museum:)


Naa... kalau melihat dari kenyataan di lapangan di mana:

"Puluhan ribu sekolah dalam keadaan rusak atau ambruk termasuk 70% sekolah di DKI Jakarta - Di Jakarta Saja, 179 Sekolah Tidak Layak Pakai! - Hampir 80% Gedung Sekolah di Pesawaran Rusak, dll","Jumlah ruang kelas (SD dan SMP) rusak berat juga meningkat, dari 640,660 ruang kelas (2000-2004 meningkat 15,5 persen menjadi 739,741 (2004-2008)." (ICW) - Kelihatannya makin lama makin banyak sekolah yang rusak!

Kalau sekolah saja tidak dapat dirawat, bagaimana nasibnya jutaan komputer?


"Mendiknas : Dana Pendidikan (20% - Rp214 triliun) Masih Terlalu Kecil"

"Guru yang Tak Sanggup Sekolahkan Anaknya"

"Kenaikan Gaji Guru Masih Mimpi"


Apa Isu-Isu Pendidikan Yang Terpenting Di Negara Kita, Sebenarnya?

Salam Teknologi Pendidikan

Ini adalah isu mengenai mutunya perencanaan dan kebijakan nasional sebenarnya, bukan isu mengenai kebutuhan teknologinya.
Itu lain..... Silakan membaca: http://teknologipendidikan.com/kebijakan-ict.html

Re: "Cukup tinggi supaya bumi adalah terjangkau oleh kakinya" (di atas)

Mungkin perlu dijelaskan bahwa satu interpretsi lain (yang terkait) adalah "Tinggi-nya orang tidak penting - Yang dilakukan sebagai orang adalah yang penting"

Ayo, mari kita melakukan yang terbaik untuk negara kita!

Re: "Tanpa data begini membahas topik "berapa komputer" hanya ada pembahasan akademik yang tidak dapat berkontribusi kepada ilmu yang berbasis kenyataan di negara kita (tidak berbasis-rialisme). Jadi untuk apa?"

Mungkin perlu diingatkan bahwa fokus saya adalah perkembangan pendidikan dan teknologi "secara nasional", (pendidikan bermutu untuk semua) dan target saran saya adalah Kemendiknas dan Universitas Negeri yang wajib untuk berfokus kepada isu-isu penting, dan dapat dilaksanakan secara nasional, bukan di sekolah tertentu.

Isu "rasio komputer untuk siswa" di sekolah adalah topik yang dapat dibahas selama hidup, tetapi adalah sangat terkait dengan tujuan pembelajaran. Seperti saya sibut di bagian "Lab Komputer", pelajar juga perlu waktu di komputer masing-masing di lab.

Rasio Komputer : Siswa Di Kelas:

Ada yang bilang bahwa harus 1:1 (dengan dua monitor supaya dapat menggunakan teknologi dua layar seperti Windows di laptop, supaya siswa-siswi dapat kerjakan tugasnya sambil membaca informasi dan data di layar kedua.

Ada yang lain bilang 0:1 (tidak perlu komputer di ruang kelas, berarti hanya di lab komputer dan perpustakaan - berbasis-pedagogi dan pengalaman menggunakan komputer di kelas),

Pilihan Saya: 0:1 (tidak perlu komputer di ruang kelas, berarti hanya di lab komputer dan perpustakaan [atau ruang khusus komputer] - berbasis-pedagogi dan pengalaman saya menggunakan komputer di kelas). * Tetapi ada cukup komputer yang disediakan di "Resource Centre" yang dapat digunakan sesuai tujuan pembelajaran dan Appropriate Technologi (berbasis-kebutuhan).

Kalau LCD dan komputer ada di setiap kelas resikonya guru-guru akan memakai secara rutinitas dan pembelajaran akan sangat-sangat pasif dan mutu pendidikan dapat menurun - (Opini Saya - Berbasis-Kemampuan-Guru/Dosen terhadap efektivitas dan manfaatnya teknologi ICT Sekarang).

Kita perlu meningkatkan Pembelajaran Aktif di semua kelas:
http://teknologipendidikan.com/mengaktifkansiswa.html

Tetapi di negara maju saja ekonomiks dan beban untuk anggaran pendidikan masih adalah faktor yang sangat ditimbangkan, jadi akhirnya masih mengarah ke cara melaksanakan mutu pembelajaran yang terbaik untuk mencapaikan pendidikan yang bermutu tetap "Pembelajaran Kontekstual" - Pembelajaran Aktif Berbasis-Kontekstual (yang relevan).

Komputer sebagai "salah satu alat yang mungkin dapat membantu di dalam kelas". Di LN masih ada banyak guru yang jarang sekali memakai komputer di kelas dan mutu pendidikan mereka adalah betul-betul "tingkat dunia".

Lebih baik kalau hasil penelitian mahasiswa/i maupun dosen adalah berbasis-kenyataan kita, yang dapat sebagai reference yang berguna di negara kita.

Re: "Emmm... 300.000 sekolah, berapa siswa-siswi?"

Saya dengar kemarin di TV bahwa ada 50 juta murid di Indonesia. Kalau itu benar kita akan perlu 25 juta komputer untuk rasio 1:2 yang perlu diganti/diupgrade setiap 5 tahun. Biayanya berapa? Masuk akal? "Dana 20% - Rp214 triliun Masih Terlalu Kecil"

Mengapa program Pembelajaran Berbasis-ICT sangat didukung oleh bisnis-bisnis komputer dan Internet?

Salam Teknologi Pendidikan

Tityen Irawan slam TP,pak phlip dr pnglman sy mngjar TIK.mngjar dg kmputr 1ank stu,lbih mudh&efektif krn siswa tu bsa lebih aktif&mo brfkir jika kerj sndri.

Tityen Irawan ttpi jika 1kmptr wat 2/3ank,mreka lbih cenderung main2&tiap ada tugas mreka lebih mngandalkn temnnya y lebih pintr.akhirny ank tidak dapt bljar optimal

Phillip Rekdale @Tityen Irawan - Terima kasih (Khusus Lab Komputer)

Silakan membaca saran-saran saya sebelumnya. Saya ingin untuk Pembelajaran TIK (Mata Pelajartan TIK) semua siswa-siswi mempunya komputer masing-masing, sesuai target Kemendiknas "satu komputer untuk 20 siswa" - tahun 2015 (pas cukup untuk belajar TIK saja :-) karena Pelajaran TIK adalah penting untuk semua anak dari SD sampai S3.

Salah satu contoh lab yang saya melihat waktu kerja di Kemendiknas adalah di Kota Jember (gambar ke2): http://e-pendidikan.com/comp.html#dasar

Dengan desain ini adalah banyak keuntungan.

Saya memang suka sekolah dan sifatnya MAN 1 Jember. http://schooldevelopment.net/jember.html

Salam Teknologi Pendidikan

Phillip Rekdale @Tityen Irawan slam TP, (Khusus Lab Komputer)
Re: "pak phlip dr pnglman sy mngjar TIK.mngjar dg kmputr 1ank stu,lbih mudh&efektif krn siswa tu bsa lebih aktif&mo brfkir jika kerj sndri. - ttpi jika 1kmptr wat 2/3ank,mreka lbih cenderung main2&tiap ada tugas mreka lebih mngandalkn temnnya y lebih pintr.akhirny ank tidak dapt bljar optimal"

Dulu tahun 90an saya pernah mengajar kelas (TIK) dengan satu komputer (karena hanya ada satu :-) dan pengalamannya sangat menarik. Saya membuat beberapa kegiatan berkelompok di mana tugasnya (topik masing-masing) berbasis-problem solving (yang sederhana dengan cukup informasi supaya mereka dapat berhasil).

Setelah itu mereka (berkelompok) harus ke depan kelas dan mengajar semua pelajar yang lain mengenai topik mereka sambil demonstrasikan di komputer. Komputer ditempatkan pas di depan pelajarnya dan mereka dapat ngintip cukup supaya bisa ikut.


Ini cukup berhasil dan kelasnya selalu sangat aktif karena mereka tahu bahwa mereka nanti harus presentasi terus...

Saya sebut (untuk Lab Komputer) bahwa sebaiknya ada komputer masing-masing karena jelas prakteknya kurang dan sebaiknya mereka mempunyai sedikit kebebasan masing-masing karena kita belajar dari "trial and error" - we learn from our mistakes (hopefully :-) jadi mereka perlu waktu untuk melaksanakan percobaan masing-masing. Dan kalau sudah mulai membuat program ini adalah kesempatan untuk mereka mendemonstrasikan kreativitasnya masing-masing (menulis programnya). Tetapi peran aktif (tugas kelompok di kelas) masih adalah penting terus, apa lagi pada awal pembelajaran untuk "mengaktifkan mereka" dan melaksanakan "Pembelajaran Kolaboratif" itu sebabnya saya sangat suka desain lab yang ada di Jember.

Tetapi setiap kali saya membahas isu ini dulu selalu jawabannya - "ruang kelas kita terlalu kecil" - jadi menyampaikan saran terus ke Kemendiknas supaya desain dapat dirubah.. (atau bekerjasama KS dan lingkungan sekolah supaya jadi :-)

Kalau lebih dari satu siswa per komputer manajemen dan monitoring kita harus lebih tegas, karena kalau ada satu siswa yang suka nakal semua siswa akhirnya membuang waktu. Juga yang nebeng saja sering adalah sangat pasif.

Jadi masih dapat melaksanakan "pair-work", atau "groups of three" jadi semua kebutuhan sudah diatasi. Untuk lab komputer rasio yang terbaik adalah 1:1, tetapi kalau tidak dapat dicapaikan, seperti saya ceritakan di atas dengan satu komputer saja kita dapat berhasil....

Pembelajaran yang efektif tergantung kreativitas dan kemampuan kita, bukan mesin.

Semoga Sukses Terus!

Saya senyum terus kalau membaca artikel-artikel saya di atas karena dua-duanya dari circa 1999 dan tulisan maupun bahasanya saya lucu sekali. Tetapi saya tidak akan mengedit artike-artikel itu karena di dalamnya adalah kuncinya untuk membangun dunia TIK di sekolah kita secara efektif maupun "sustainable".

Minggu, 12 Desember 2010

Media Pembelajaran Matematika:

Media Pembelajaran Matematika:
Media Pembelajaran Matematika: Kubus
Masrusli
| 10 Desember 2010 | 16:00
Total Read
986
Total Comment
2
1 dari 1 Kompasianer menilai Bermanfaat.

Belajar mengenai bangun ruang yang paling enak menggunakan benda aslinya sebagai media pembelajaran matematika. Dengan menggunakan benda asli sebagai media akan memudahkan kita untuk memahami permasalahan yang ada secara konkrit/nyata. Namun dalam beberapa kasus, penggunaan benda asli sebagai media terkendala karena tempat, waktu dan ketersediaan benda asli tersebut. Untuk menjembatani kendala yang ada saya mencoba membuat sebuah media pembelajaran matematika interaktif tentang kubus. Media pembelajaran ini akan membantu baik guru maupun siswa yang sedang belajar tentang bangun ruang khususnya kubus baik ditingkat SD maupun SMP.

Untuk menggunakan media ini tidak terlalu sulit, anda tinggal klik tombol navigasi yang tersedia. Sebelum mencoba media pembelajaran matematika ini disarankan bagi siswa untuk menyediakan alat tulis (kertas, pensil atau pulpen) karena pada akhir media pembelajaran ini tersedia contoh soal sebagai latihan untuk mengetahui dan melatih pemahaman materi yang telah dipelajari. Contoh soal ini dapat dipilih secara acak jadi sebelum anda memahami betul ulangi lagi contoh soal tersebut dengan menekan tombol “pilih soal”.

Bagi rekan-rekan guru atau siswa yang memerlukan media pembelajaran matematika ini silahkan download disini : Bangun_Ruang_sisi_datar : Kubus

Untuk mempelajarinya secara online silahkan klik dibawah ini :