Powered By Blogger

Minggu, 09 Januari 2011

SUARAMAHASISWA

2011, Perbaikan Sistem dan Manajemen Guru

Rabu, 5 Januari 2011 - 12:05 wib

Ilustrasi guru mengajar (istimewa)
MEMASUKI 2011, tentu serentetan cita-cita dan harapan baru telah membarengi kita untuk kita ukir di sana. Bagi mereka yang cita-cita dan harapannya pada 2010 kemarin belum terwujud, maka pada 2011 inilah harapan dan cita-cita itu harus terwujud. Bagi yang tahun 2010 kemarin, ada hal-hal yang belum terselesaikan, maka di tahun 2011 inilah harus terselesaikan semua hal ihwal-nya.

Hal semacam inilah yang biasanya sering didengung-dengungkan oleh para motivator ketika mengisi training motivasi di awal tahun yang pesertanya adalah para guru. Mereka, para motivator, biasanya juga mengatakan: permasalahan tahun lalu, biarlah berlalu, sekarang saatnya menjemput masa depan dengan penuh kepastian.

Saya sendiri kurang sependapat dengan hal tersebut. Bagimanapun juga, tahun yang lalu, 2010, memiliki kaitan erat dengan tahun baru 2011 ini. Bahkan, secara ekstrim teori Psikoanalisis Sigmund Freud menyebutkan, manusia di masa depannya dipengaruhi oleh masa lima tahun pertamanya. Bisa kita bayangkan, bukan, alangkah jauhnya seandainya orang-orang yang saya contohkan tersebut, saat ini sudah berusia 63 tahun? Itu berarti panjangnya jarak dan waktu (baca: masa) tidaklah memiliki sekat-sekat sehingga menghalang-halangi seseorang untuk mempengaruhinya.

Saya miris mendengar berita di salah satu surat kabar harian nasional pada 2 Januari lalu tentang nasib para guru. Rupanya, di negara kita ini masih saja ada guru yang memiliki nasib yang “terlantar”. Apa? Sekira 1500 guru yang berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) di kawasan Batu Jawa Timur, mengeluhkan uang lauk pauk yang, hingga dua bulan yaitu November dan Desember 2010, belum dicairkan oleh pemerintah. Bisa kita bayangkan, bukan, sekarang ini sudah memasuki tahun 2011, namun nasib mereka pun tak kunjung diperhatikan selama dua bulan terakhir, walaupun hanya permasalahan uang lauk pauk.

Bahkan, menurut pengakuan beberapa guru di berita yang saya baca itu, uang lauk pauk para guru berstatus PNS itu awalnya memang belum dicairkan selama enam bulan, yakni sejak Juli sampai Desember 2010. Baru setelah mereka para guru itu melakukan “protes” kepada pemerintah, uang tersebut dicairkan. Itupun tidak semuanya. Saya menjadi berfikir, apakah jangan-jangan sistem dan manajemen pemerintahan kita itu, baru akan berjalan kalau kita memprotesnya dulu? Semoga tidak demikian.

Memang tidak begitu besar jika kita lihat nominal uang lauk pauk itu. Namun, dapat kita bayangkan, seorang guru juga harus mencukupi kebutuhan keluarganya. Belum lagi anak-anaknya dan kebutuhan lain yang melingkupiya. Besaran uang lauk pauk yang cuma Rp10 ribu itu jika dikalikan dengan masa kerja efektif yang dihitung dalam satu bulan memang hanya 20 hari. Artinya, setiap guru pun seharunya menerima sekira Rp200 ribu per bulan. Sementara, dalam masa waktu dua bulan, uang lauk pauk belum juga diberikan. Itu artinya, jumlah uang yang seharusnya dibayarkan per guru adalah sekira Rp400 ribu.

Kabar di atas terjadi pada mereka para guru yang berstatus PNS. Jika mereka yang masih berstatus PNS saja masih demikian, pantas saja jika guru yang berstatus tidak tetap (GTT) lebih "sengsara" di bawahnya. Sudah mereka berstatus guru tidak tetap, mengajar dengan jam pelajaran yang banyak, dan masih dituntut tanggung jawab besar pula. Sungguh sangat miris, bukan?

Pantas pula jika tahun 2010 kemarin, dianggap sebagai tahun tersuram bagi guru-guru di Indonesia. Setahun kebijakan pemerintah tidak ada yang benar-benar mengangkat pada peningkatan kapasitas dan menyentuh guru. Sehingga, benar apa yang diakui oleh Retno Listyati, guru SMAN 13 Jakarta Utara, yang mengatakan bahwa penyaluran tunjangan profesi guru tahun 2010 adalah yang terburuk sejak ada sertifikasi guru lima tahun silam (Republika 29/12, 2010).

Pantas saja bila, sekira 700 guru tidak tetap atau guru honorer di Bandung, yang tergabung dalam Persatuan Guru Honorer Indonesia (PGHI) mengeluhkan nasibnya kepada pemkab setempat lantaran sudah puluhan tahun tanpa adanya perbaikan kesejahteraan maupun kesempatan untuk diangkat menjadi PNS (Pikiran Rakyat, 28/12 2010).

Tahun 2011, Perbaikan Sistem dan Manajemen
Memasuki tahun baru 2011 ini, tentunya sekian harapan telah terpatri dalam hati para guru bangsa ini. Melalui tulisan ini, saya harap bisa menyadarkan dan memang sengaja saya tujukan untuk pemerintah dan pihak-pihak terkait. Hal yang tidak baik seperti yang dikeluhkan para guru di atas, tidak terulang lagi di tahun 2011 ini nanti. Sistem dan manajemen pemerintah harus segera dibenahi demi kemajuan para guru yang mendidik anak-anak bangsa ini. Jika kita mengharapkan anak-anak bangsa kita cerdas untuk di kemudian harinya, bagaimana mungkin hal itu akan terwujud jika nasib para gurunya saja tidak ter-openi? Selamat Tahun Baru 2011, semoga dunia pendidikan kita lebih baik!

Nur Haris ‘AliAktivis Pers Mahasiswa HIMMAH UII,
Mahasiswa Jurusan Psikologi
Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta
 Copy Right By Rusliadi (Ininnawa).asianedukasi.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar